REVIEW BUKU DI JALAN DAKWAH AKU MENIKAH karya Cahyadi Takariyawan
Menikah merupakan menjadi impian semua orang, terutama jika adegan pernikahan bahagia dan penuh romantisme-nya yang sering dilihat melalui sinetron atau buku-buku novel. Jika ada yang mengatakan bahwa pernikahan sesungguhnya itu tidak seperti ending kisah pangeran tampan dengan cinderella yang hidup bahagia selamanya. Dalam realitas kehidupan yang sebenarnya, pernikahan tidak melulu bahagia. Tentu saja, masalah itu pasti ada dan cekcok itu akan senantiasa menjadi pernak pernik pernikahan. Ya, jandikanlah cekcok itu sebagai bumbu untuk menambahkan manisnya pernikahan. Menjadi bumbu terlezat untuk membangun pernikahan yang bahagia dunia akhirat.
Berbicara pernikahan, tentu dalam beberapa tahun terakhir ini menikah muda menjadi begitu terkenal dikalangan pemuda. Pernikahan yang menjadi solusi terbaik untuk kisah cinta mereka. Akan tetapi, dari pernikahan itu tidak sedikit yang diakhiri dengan perceraian. Terlalu dini mereka menyandang status duda atau janda, sangat di sayangkan jika ini terus terjadi.
Namun lebih jauh lagi, perceraian bukan hanya terjadi saat beberapa tahun terakhir ini saja. Sejak dulu, sudah banyak pernikahan yang gagal di tengah jalan, entah apapun itu alasan mereka. Lebih jelasnya, mereka menikah tidak berdasarkan ilmu yang matang dan persiapan yang mantap saat memutuskan untuk menikah.
Perlukah pernikahan itu di ilmui dengan baik? perlukah pernikahan dipikirkan dengan matang? Perlukah persiapan lahir dan batin? Bukan hanya perihal materi, tetapi persiapan lainnya terutama persiapan diri dalam menghadapi masalah dalam pernikahan. Entah itu masalah dari pasangan atau pun masalah dengan keluarga, apapun itu tentu harus dipersiapkan ilmu untuk mengatasi masalah. Karena perceraian itu seharusnya sebagai solusi bukan cemeti dalam pernikahan.
Ilmu pernikahan bukan hanya tentang saling mengenal satu sama lain, bukan hanya berbicara pernikahan kedua belah pihak saja. Lebih jauh lagi, ilmu pernikahan juga termasuk cara mendidik seorang anak. Dan tentunya, niatkan di awal pernikahan bahwa menikah itu untuk ibadah dan di jalan dakwah. Sehingga sesuatu yang tidak disenangi dari pasangan kita akan mudah diterima dengan ikhlas, bukan justru menjadi masalah.
Dalam buku Di Jalan Dakwah Aku Menikah karangan ustadz Cahayadi Takariayawan, salah satu kader ikhwah. Beliau menjelaskan bagaimana kita harus memulai pernikahan, niat yang jelas dan lebih jauh tentang pernikahan. Selain itu, di sini juga menjelaskan beberapa kisah pernikahan orang-orang yang berbagi kisah dengan beeliau. Bagaimana mereka memulai pernikahan di jalan Allah. Menjemput pasangan halal dengan cara yang di ridhoi Allah, tentu saja untuk mendapatkan keberkahan dalam pernikahan.
Dalam buku ini bukan hanya dijelaskan tentang pernikahan yang bahagia saja, tetapi bagaiaman mereka harus menghadapi masalah yang ada dan menyelesaikannya. Bagaimana kita memulai pernikahan dengan seseorang yang baru saja dikenal. Bahkan yang kisah seorang yang menikah dengan jalan ta’aruf, tidak pernah saling tukar foto dan tidak pernah bertemu kecuali hanya mengenal dari sebuah CV ta’aruf. Namun tidak memberikan kemungkinan mereka tetap bahagia dengan pernikahan mereka, sebab jalan yang mereka tempuh atas keridhoan Allah.
Kita pernah melihat yang berpacaran bertahun-tahun tapi akhirnya keduanya menikah dengan orang yang berbeda, pasangan masing-masing. Akan tetapi ada juga yang akhirnya menikah, tapi di akhiri dengan perceraian. Merasa tidak cocok, atau pasangan tidak sesuai saat keduanya pacaran. Tidak menuntut kemungkinan semua akan terjadi, tentu hal ini harus diperhatikan oleh banyak orang terutama yang akan memutuskan menikah.
Dalam pernikahan, bukan hanya jalan mana yang akan meraih kebahagian, tetapi jalan mana yang meraih keridhoan Allah. Sebab pernikahan yang diridhoi oleh Allah tentu akan mendapatkan sakinah, mawaddah dan rahmah. Karena ketika Allah ridho, maka semua yang kita perlukan akan diberikan meskipun hal itu tidak kita mintakan pada Allah.
Buku ini tidak hanya menjelaskan setelah menikah, tetapi juga sebelum kita menikah. Kita akan diberikan wawasan bagaimana kita memilih pasangan, untuk tujuan apa kita menikah. Kita akan tahu bagaimana memulai pernikahan dan menjalani prosesnya.
Selain kisah pernikahan orang lain, tetapi juga kita akan belajar ilmu pernikahan dari pernikahan-pernikahan Rasulullah dan para sahabat-nya. Kita akan tahu bagaimana bersikap dengan menjalani proses pernikahan, baika dalam keadaan yang serba ada atau pun dalam kesederhanaan. Bagaiaman seorang yang keduanya masih kuliah, memutuskan menikah. Tidak mudah, tetapi juga tidak begitu sulit saat kita menyerahkan semua urusan kita kepada Allah. Dan tentunya kita berusaha semampunya untuk membangun pernikahan dalam segala kondisi.
Kalian yang mau menikah, akan menikah, yang sedang menjalani masa-masa pernikahan sangat perlu membaca buku ini. Sangat disayangkan bila melewatinya, perlu sekali otak kita diberikan asumsi ilmu yang bermanfaat bukan hanya tontonan sinetron negatif atau reality show yang penuh drama. Perlu sekali belajar banyak baik mau, akan, dan sedang menjalani. Sejatinya, belajar itu tidak mengenal waktu dan usia. Tidak juga perlu di bangku pendidikan. Bisa juga belajar melalui buku bermanfaat, agar menjadi orang tua yang produktif dan cerdas bagi anak-anak kita. Tentu saja, akan lebih baik dan bangga jika anak-anak kita menjadi cerdas dan pintar dalam asuhan orang tuanya bukan dari ibu dan bapak gurunya.
Sebagai calon orang tua, maupun yang sudah menjadi orang tua kita harus menjadi pribadi yang baik agar anak-anak meniru kebaikan kita bukan keburukannya. Maka jadilah diri yang produktif dengan kualitas ilmunya mulai dari bacaan buku yang berkualitas dan berkelas. Terutama jika kamu meenikah di usia muda, maka gunakan waktu untuk menambah ilmu. Jangan takut kehilangan masa muda karena menikah, tapi takutlah di usia muda kita hanya berleha-leha dan bermaksiat kepada Allah. Sehingga Allah murka, dan enggan untuk mendekap kita dan meridhoi perjalanan kehidupan kita.
Komentar
Posting Komentar